inimedan.com_Tarutung.
Cabai merah belakangan ini menjadi komoditi pertanian yang dipilih banyak petani hortikultura di Tapanuli Utara, seperti juga halnya di kabupaten lain seperti Tanah Karo, Dairi, atau Humbang Hasundutan.
Banyak lahan persawahan yang biasanya untuk pertanaman padi, telah beralih menjadi lahan tanaman cabai merah. Hal itu bisa disaksikan di wilayah Silindung, meliputi kecamatan Tarutung, Siatas Barita dan Sipoholon.
Sejumlah petani yang ditemui kontributor inimedan. Com menyebut alasan pengalihan lahan sawahnya untuk bertanam cabai, karena sering harga cabai merah melonjak, walau pun sering juga anjlok.
Pada tahun 2018-2019 harga cabai merah meroket sampai kisaran Rp 60 – Rp 70 ribuan per kilo. Banyak petani bersorak kegirangan. Bahkan di Desa Parbaju dikabarkan ada petani cabai yang menanami 7.000 batang kebanjiran uang penjualan sampai Rp 700- 800 jutaan saat panen. Ada pula yang bisa membeli mobil Avanza dari hasil penjualan cabainya.
Pada musim tanam cabai tahun ini (2021), harga menukik murah, sempat Rp 8000 an, lalu bergerak naik agak lama di kisaran Rp 12.000– 16.000-18.000. Belakangan pada bulan September dan Nopember, sempat melejit lagi menjadi Rp 38.000,berfluktuasi lagi ke kisaran Rp 31.000 – Rp 24.000,dan terakhir naik lagi jadi Rp 33.000 minggu kedua Nopember 2021,lalu turun lagi jadi Rp 18.000 medio November barusan.

Seorang ibu petani cabai M. br Hutabarat ( Oppu Arenzoy) di dusun Parbaju Pea Tarutung mengaku, sempat uring-uringan ketika harga cabai menukik di bawah Rp 15.000. “Kalau di bawah 15 ribu memang tak beruntung, bisa balik modal pun sudah syukur, ” ujarnya pada jurnalis media ini.
Tidak menentunya harga cabai merah ditengarai, akibat dampak pandemi Covid 19 yang sudah jalan dua tahun.
Panen cabai di wilayah Silindung tahun ini sudah hampir usai. Para petani cabai di wilayah Tarutung Sipoholon, tampaknya masih banyak yang akan fokus bertanam cabai merah tahun depan. ” Apa masih bertanam cabai lagi tahun depan?
” Ya, mau coba lagi tahun depan mana tahu harga tahun itu lebih baik. Semuanya juga tergantung nasib juga, selain iklim yang mendukung, karena tanaman cabai sangat sensitif pada kondisi cuaca, ” ujar seorang petani marga Simanungkalit di Desa Sibuntuon Sipoholon.
Di beberapa desa bahkan sudah mulai ada yang mengolah sawahnya persiapan lahan baru tanaman cabai untuk tahun 2022. Ini menunjukkan bahwa semangat petani bertanam cabai tidak kendor, meski harga cabai tak menentu tahun ini.
Bupati Tapanuli Utara Nikson Nababan disebutkan selalu memperhatikan aspirasi para petani, dan berupaya bagaimana supaya harga komoditi tani di daerah ini bisa membaik.*leonardo tsm#