Baliho Puan Maharani  di Pusat Kota Tarutung

inimedan. com-Tarutung.
 Baliho menjadi perhatian khalayak, biasanya tergantung pada apa yang terpampang sebagai topik yang terlihat di sana. Kalau hanya  bermuatan iklan produk barang, kebanyakan orang menanggapi biasa-biasa saja. Misalnya iklan rokok, mobil, tak begitu menyita perhatian. Pengaruhnya untuk masyarakat pun tak begitu signifikan.
 Baliho menjadi fokus perhatian biasanya ketika musim pemilihan tiba. Apakah itu pilpres, pileg, pilgub, pilbup, bahkan pilkades. Biasanya saat dekat waktunya suksesi, baliho tokoh tertentu bermunculan. Scope jangkauan baliho tokoh tergantung pada  besar kecilnya posisi yang akan digapai. Kalau tingkat presiden, tentu jangkauannya seluruh pelosok negeri. Jika tingkat gubernur, jangkauannya provinsi. Dan untuk bupati/ walikota, jangkauan baliho hanya sebatas kabupaten/kota. Hal yang sama berlaku untuk calon legislatif. Manakala foto calon terpampang di baliho atau spanduk, paling tidak orang menyisihkan waktu sesaat mengamati : itu siapa dan mau jadi apa.
 Saat ini suhu politik mulai menghangat menandai makin dekatnya proses suksesi kepala negara.  Aroma politik menggadang-gadang figur tertentu sudah terangkat ke permukaan. Hal yang sama juga telah mewarnai peta politik di level gubernur, bupati, walikota, termasuk Kabupaten Tapanuli Utara.
Media online dan media sosial paling terbuka seperti facebook, mulai ramai dengan aneka prediksi dan semangat menjagokan  sosok tertentu, tergantung selera masing-masing. Postingan dan berita media siber yang di-share ke medsos, meski masih berupa rumor, setidaknya memberi gambaran siapa sosok yang namanya mencuat di permukaan. Pada level presiden, nama Anies Baswedan, Prabowo, Puan Maharani, Airlangga Hartarto, Ganjar Pranowo, lebih awal populer berkat opini- opini yang berseliweran di media cetak, media siber, elektronik, mau pun medsos.
Gaung ekspektasi pendukung pun terasa meningkat dengan modal argumen masing-masing. Sah – sah saja di alam demokrasi, menggadang-gadang seseorang mau jadi apa. Apa itu presiden, gubernur, bupati/ walikota.
Sementara itu, nama Puan Maharani sang Ketua DPR-RI itu, tampaknya mulai berkibar ditiup angin sepoi-sepoi. Meski tenggang waktu pilpres sebenarnya masih panjang, tapi rumor membuat waktu terasa dekat. Di kota-kota potret Puan yang putri Megawati Soekarkoputri itu sudah dipajang, seperti halnya di Kota Tarutung, ibukota Kabupaten Tapanuli Utara. Memang sebuah baliho tidak menentukan elektabilitas  seseorang. Tetapi setidaknya baliho bisa mengisyaratkan suatu pesan tersendiri. Dan pesan itu berpotensi dijabarkan setiap orang menurut nalar masing-masing.
 Tulisan pada baliho Puan Maharani yang DR Honoris Causa itu, setidaknya menyiratkan pesan atau ajakan kepada kaum perempuan. Bahwa ” di setiap sektor  perempuan juga bisa hebat kalau mau berjuang”.
Itu suatu pesan emansipatif yang diharapkan menggelorakan spirit kaum perempuan, agar  tidak terlena oleh dominasi kaum pria dalam mengwujudkan obsesi atau cita. Nah, secara khusus untuk ruang lingkup kabupaten, pesan baliho Puan berpotensi memicu penguatan semangat bagi kalangan tertentu.
 Mana tahu ada sosok femina yang bercita-cita sesuai dengan pesan tertulis pada baliho Puan. Nah, kenapa tidak, ujar beberapa pengamat di kota. Meski pun di balik semangat dan optimisme itu, kemungkinan bisa saja  pesimisme datang mengusik,  oleh analisis dan prediksi dari kiri kanan. Akankah Puan nantinya jadi capres, waktu dan fakta yang menjawab. ( Catatan opini Leonardo Tssmanjuntak)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *