Inimedan. com-Taput | Kampanye dua pasangan calon bupati/wakil bupati Tapanuli Utara, Sabtu ( 23/11) memasuki momen akhir, setelah lebih kurang dua bulan sama-sama berjuang menarik simpati masyarakat dengan tampilan dan orasi politik masing-masing.
Pergerakan kedua pasang kandidat dimotori tim pemenang telah menjelajahi 15 kecamatan, termasuk memasuki ragam komunitas dan desa/dusun. Tentu telah menguras energi, stamina, dan daya fisik, tak hanya pada siang hari, tetapi bahkan terkadang malam hari.
Tim pemenang kedua kubu paslon dari hari ke hari dua bulan terakhir bergerak intens menyuarakan atau menjual program dan janji membuat yang terbaik jika terpilih jadi pemenang. Kubu Satika- Sarlandy menyuarakan visi misi keberlanjutan program pembangunan yang telah dilakukan Nikson Nababan kurun waktu 10 tahun jadi bupati. Kubu Satika sejak awal mengumandangkan semboyan ”
Huhaholongi do ho” ( Aku menyayangimu). Sementara kubu JTP- Dens gencar menyuarakan aspirasi perubahan, dengan yel-yel yang sangat populer ” Pos ma rohanta, lasma rohatta, monang do hita, marganti majo” ( Yakinlah kita pasti menang, bergantilah dulu).
Suasana selama proses kampanye memang terkesan memanas, terutama ditandai postingan- postingan kontroversial di halaman media sosial. Akun-akun palsu pun bebas berkeliaran menggores narasi-narasi yang memicu polemik tak bermutu. Ada pula insiden di kawasan Pahae, terjadinya bentrokan antar kedua tim pemenang, berakibat korban luka, yang akhirnya tergiring ke ranah hukum. Sementara aksi unjuk rasa dari kedua kubu juga turut mewarnai suasana prapilkada, termasuk masalah seputar kasus vidio mesum, yang berujung dicopotnya Sekda Taput.
Para pengamat belakang layar tak ketinggalan membuat analisa dan prediksi tergantung teropong masing-masing. Salah satu ukuran prediksi bertolak dari kerumunan massa di setiap kampanye kedua pasang kandidat. Ada yang memprediksi jumlah massa yang terhimpun setiap kampanye Satika lebih banyak daripada saat kampanye JTP. Tetapi di lain pihak banyak orang menilai, massa yang terkumpul pada kampanye JTP jauh lebih banyak dari saat Satika berkampanye. Jumlah kerumunan massa seolah jadi barometer memacu keyakinan, siapa kandidat yang nantinya bakal menang.
Tulisan dari kalangan jurnalis online, tak urung ikut mewarnai atmosfer pilkada di setiap daerah pemilihan. Misalnya saat kampanye akbar Satika- Sarlandy di Lapangan Serbaguna Tarutung, Kamis ( 21/11), ada yang menulis jumlah massa pendukung mencapai 35.000 orang memenuhi lapangan sekitarnya. Jumlah fantastis yang mengundang orang membuat hitungan secara matematis tentang luas areal dan kapasitas lokasi kampanye.
Sementara di lain pihak pemberitaan seputar kampanye akbar JTP- Dens, Sabtu ( 23/11), secara faktual disebutkan jumlah massa yang terhimpun sejak pagi hingga siang harinya, merupakan jumlah massa yang spektakuler. Saking membeludaknya massa, sehingga lokasi kampanye tidak bisa menampung seluruh massa yang berduyun- duyun dari 15 kecamatan. Ada yang menyebut, jumlah massa pendukung/simpatisan JTP- Dens, mencapai 40.000 an.
Di luar lapangan yang sudah penuh sesak, masih ada separoh lagi terpaksa memantau jalannya kampanye dari luar. Halaman Gedung Serbaguna pun penuh sesak. Suasana itu sangat menolong buat para pedagang kecil yang hilir mudik di seputaran kampanye.
Ribuan massa tampak bertahan mengikuti jalannya kampanye. Hujan baru turun setelah kampanye berakhir sekitar pukul 17.00, dan massa beranjak perlahan meninggalkan lapangan. Namun seruan yel-yel JTP- Dens menang diiringi nyanyian Sapala Naung Hupillit masih terus menggema. ( catatan: Leonardo Tss)