Inimedan.com-Langkat
Pembagian bantuan untuk masyarakat yang terdampak Covid-19 melahirkan banyak cerita. Seperti yang diketahui ada banyak bantuan yang disalurkan Pemerintah, diantaranya adalah bantuan dari Pemkab/ Pemko, ada pula bantuan dari Kemensos dan Pemerintah Provinsi.
Bahkan, ada bantuan dari Desa, namanya BLT DD (Bantuan LangsungTunai dari Dana Desa). Besarannya, maksimal 25 sampai 30 persen dari Dana Desa.
Nah, cerita itu pun berkembang, diantaranya penolakan dan protes warga karena masih banyak warga yang tidak menerima bantuan.
Hal itu tercermin dari aksi demo dan unjuk rasa warga di beberapa daerah, diantaranya di Desa Sendang Rejo Kecamatan Binjai, di Desa Paya Rengas Kecamatan Hinai dan di Desa Purwobinangun Kecamatan Sei Bingei.
Seperti di Desa Sendang Rejo, Kecamatan Binjai, Jumat (5/6), masyarakat yang kecewa menggelar demo ke rumah Kepala Desa, Neddi. S. Mereka menuntut agar kepala desa transparan dan segera mberikan data para penerima bantuan biar jelas diketahui siapa saja warga yang menerima bantuan.
Ironisnya, kepala desa tidak berada di tempat. Akibatnya, warga pun menuding kepala desa pengecut, karena tidak berani menemui warga.
Karena tidak bersambut, warga pun bergerak ke kantor camat untuk menyampaikan tuntutan yang sama.
Nah, terkait dengan hal tersebut, Kepala Desa, Neddi. S pun melakukan klarifikasi dan memberikan keterangan pers sebagai berikut :
1). Benar warga ada melakukan demo, tapi sayang tidak ada konfirmasi sebelumnya.
” Ya, memang ada puluhan warga melakukan demo, tapi sayangnya tidak ada konfirmasi terlebih dahulu. Saya tidak berada di tempat berhubung menghadiri jadwal pelimpahan berkas di penyidik Reskim pukul 10.00 WIB. Jadi, bukan karena saya takut dan tidak mau menemui mereka. Sebelumnya, pada pukul 8.30 WIB sebenarnya saya sudah masuk kantor, tapi pukul 9.30 saya harus berangkat ke Polresta Binjai. Ironisnya, saya justru diviralkan sebagai kepala desa pengecut,” ujar Neddi dengan nada yang kecewa.
2). Selain tidak konfirmasi, para pendemo itu juga menunjukkan sikap yang buruk dan tidak terpuji, diantaranya menuding kepala desa pengecut dan membentak-bentak kepala desa melalui HP.
” Ya, parahnya lagi, karena tidak berjumpa, melalui HP saya pun dibentak-bentak oleh provokator, Bayu Prayoga. Saya pun langsung pulang, tapi warga sudah keburu begerak ke kantor camat, ” ujar Neddi pula.
3). Aksi demo itu dinilai hanya ulah provokator, Bayu Prayoga. Jadi, masyarakat dibohongi. Mereka bukan minta tranparansi data, tapi hanya minta kepastian apakah mendapat bantuan sembako atau tidak.
” Ya, buktinya 2 hari kemudian, ada 2 orang warga datang ke rumah saya dan meminta maaf. Mereka yang bilang, yang meminta data itu adalah Bayu Prayoga. Jadi, ya Bayu itulah provokatornya. Dia mau mengacaukan desa Sendang Rejo demi untuk memenuhi konsumsi publik dan pencitraan seolah- olah warga Desa Sendang Rejo yang gemah ripa loh jinawi toto tentrem poro rakyate seolah-olah mengalami krisis pangan dan moral di mata daerah lain. Ya, hanya karena ulah seorang provokator rusaklah susu sebelanga,” tegas Neddi.
Lalu, terkait dengan beredarnya video yang menunjukkan kemarahan kepala desa dan mengatakan Bayu Prayoga tidak sehat dan eror, Neddi pun meluruskannya. Klarifikasi itu disampaikannya sebelum pembagian bantuan dari Pemprovsu dilakukan, Minggu (7/6).
” Ya, itu hanya wujud dari kekesalan saya saja, sebab sebagai kepala desa saya sudah dilecehkan, dibentak-bentak, dipelototi dan dipaksa untuk memberikan data, padahal sesuai dengan petunjuk dan arahan dari Kecamatan, tidak boleh data itu diberikan. Jadi, kalau mau melihat data ya silahkan, tapi kalau untuk diminta, ya tidak bisa diberikan, sebab takutnya disalahgunakan untuk memprovokasi warga, memanipulasi data dan memanas-manasi warga, ” ujarnya.
Jadi, terkait dengan kata-katanya yang tidak etis itu, Neddi pun minta maaf. Itu hanya curahan emosinya saja, sebab dia juga manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. (BD)