inimedan. com_Tarutung.

Petani cabai merah di wilayah Tarutung ( Silindung ) sekitarnya tidak jera bertanam cabai merah, meski panen cabainya kurang menguntungkan tahun lalu karena harga yang anjlok.
Geliat pertanian cabai merah terpantau meningkat seperti tampak di kawasan Desa Hutabarat, Hutagalung, Saitnihuta, bahkandi kawasan Simorangkir/Panggabean Kecamatan Siatas Barita. Banyak lahan persawahan yang biasanya ditanami cabai merah, saat ini dialihkan menjadi lahan pertanian cabai merah.
Para petani tidak patah semangat dengan rendahnya harga cabai tahun lalu. “Tergantung nasib juga, mana tahu tahun ini harga cabai berubah, ” kata H. Hutabarat salah seorang petani kepada reporter media ini.
Para petani di Silindung bahkan Taput umumnya memang sering uring-uringan, selain harga produk pertanian yang anjlok, juga harga pupuk yang naik drastis. Kenaikan harga pupuk dan pestisida membuat para petani merasa terpukul. Harga cabai merah tahun lalu pernah jatuh di kisaran Rp 10.000 – 12.000,saat yang sama harga pupuk sudah meroket 100 persen lebih.
Di Desa Parbaju Julu dan Partali Julu, semangat bertani cabai kelihatan tetap tinggi. Banyak lahan yang biasanya bertanam padi, dialihkan untuk cabai dan jagung. Harga jagung saat ini cukup baik, Rp 4.600 per kilo jagung kering. Alasan para petani, bertanam cabai lebih menguntungkan meski kadang fluktuasi harga merisaukan.
HKTI
Ketua HKTI ( Himpunan Kerukunan Tani Indonesia ) Taput Erikson Sianipar, komit untuk menjadikan organisasi yang dipimpinnya berbuat maksimal mendorong pertanian di Taput makin menggeliat. ” Kita serius dengan visi misi membangun pertanian yang lebih maju ke depan,” ujarnya saat diwawancarai wartawa n usai pelantikan pengurus HKTI Taput. *le#