Inimedan.com- Langkat
Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) adalah badan usaha yang dibangun oleh pemerintah desa dengan menggunakan Dana Desa(DD)untuk menambah pendapatan desa dan meningkatkan perekonomian masyarakatnya. Namun sayang, sampai sekarang masih sedikit desa yang melakukan terobosan- terobosan baru, sehingga unit usaha yang dikembangkan pun kebanyakan hanya unit usaha simpan pinjam.
Ironisnya, banyak dana yang diselewengkan, sehingga timbul masalah. Selain iru banyak yang Bumdes yang hancur berantakan karena macat.
Ya, alasannya banyak warga yang tersendat- sendat dalam pembayaran dan pengembalian uang pinjamannya sehingga dana bergulir itu pun tidak berputar sebagaimana yang diharapkan.
Tidak jelas apakah benar- benar macat atau hanya sekedar rekayasa belaka. Karena itu diperlukan perhatian aparat hukum untuk memeriksa semua Bumdes yang ada di Kabupaten Langkat.
Lalu, kalau terbukti ada penyelewengan, maka harus segera ditindak tegas sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Jadi, jangan lagi dibiarkan.
Ya, karena kalau dibiarkan, maka sama artinya kita ikut mendukung tumbuh suburnya korupsi di daerah kita.
Nah, menanggapi hal itu, Kepala Desa Kelantan, Kecamatan Brandan Barat, Muhammad Iqbal pun menegaskan akan membenahi Bumdes yang ada di desanya agar lebih sehat, berkembang dan maju.
Penegasan iru disampaikannya saat bincang- bincang dan berdiskusi kecil dengan para wartawan di Pkl. Brandan, baru- baru ini.
“ Ya, saya memang baru saja meminta kepada para pengurus Bumdes Kelantan agar membuat laporan pertanggung jawaban mereka, biar jelas kemana saja DD itu digunakan. Dalam hal ini ada 4 unit usaha yang dikembangkan Bumdes Kelantan, yairu simpan pinjam, foto copy, pembayaran token listrik dan penjualan sembako, sebab saya tidak mau Bumdes ini mati dan tidak ada manfaatnya bagi masyarakat. Dana Desa boleh digunakan, tapi harus bisa dipertanggungjawabkan,” ujarnya..
Nah, terkait dengan penjualan sembako, Iqbal pun menegaskan itu unit usaha yang memiliki prospek yang cerah. Bayangkan saja, mayoritas warga desa Kelantan adalah nelayan.
Lalu, sudah biasalah mereka pergi ke laut untuk mencari ikan. Biasanya sampai 7 hari mereka di laut dan biasanya pula mereka pasti akan membawa bekal yang cukup untuk melaut.
Ya, biasanya mereka kan berkelompok dan dalam 1 kelompok anggotanya ada 7 sampai 10 orang. Bekal mereka pun ditaksir tidak kurang dari 3 juta.
” Nah jadi dalam 1 kelompok diperlukan biaya Rp. 3 juta per minggu. Sedangkan di sini ada puluhan kelompok. Jadi, jelas ada perputaran uang dalam jumlah yang besar. Inilah yang harus bisa kita manfaatkan,” ujarnya.
Caranya, kalau biasanya mereka belanja ke luar, maka diharapkan agar mereka belanja ke dalam. Jadi, uang mereka tidak keluar dan Bumdes pun bisa berkembang dan maju, sebab dari sini saja bisa diperoleh keuntungan rutin yang lumayan besar.
” Inilah yang sedang saya rancang. Untuk itu saya akan melakukan pendekatan agar para nelayan tidak lagi berbelanja keluar, tapi mau berbelanja kedalam untuk membantu Bumdes mereka agar bisa lebih berkembang dan maju,” ujarnya.
Wah, benar- benar hebat dan luar biasa. Beginilah memang seharusnya pemikiran seorang kepala desa, kreatif dan inovatif. Jadi, mari angkat topi dan beri semangat agar Bumdes Kelantan bisa menjalankan semua program- programnya dengan baik dan lancar, sehingga Desa Kelantan tidak lagi kumuh dan terbelakang, tapi bisa semakin berkembang dan maju.
Penulis : Budi Zulkifli