Inimedan. Com – Langkat
Bagaimanapun juga dana bantuan BLT DD tidak boleh dimain-mainkan. Karena itu, kasus ‘bagi dua’ seperti yang terjadi di Desa Tg. Jati, Kecamaran Binjai, Kabupaten Langkat tidak boleh lagi terjadi.
Kepala Desa Tg Jati, Aslinda Nasution menegaskan, hal itu terjadi hanya karena kurangnya koordinasi. Karena itu, dengan lembut Aslinda pun meminta maaf dan berharap kejadian serupa tidak akan terulang kembali di kemudian hari.
Penegasan itu disampaikan Aslinda saat bincang-bincang dengan Inimedan.com di kantornya, Sabtu (30/5) yang lalu
” Ya, saya tahu, kepala desa yang bertanggungjawab dalam pembagian BLT DD. Karena itu saya minta maaf. Sesungguhnya tidak ada maksud apa- apa, hal ini terjadi hanya karena kurang koordinasi saja,” ujarnya.
Lebih lanjut, ibu 3 orang anak yang lahir pada tanggal 13 Maret 1996 itu pun menjelaskan kronologis kejadian tersebut, yaitu sebagai berikut :
(1). Kejadian itu berawal saat pendataan warga penerima bantuan. Memang, siapa yang layak dan pantas untuk dapat bantuan tentu kepala dusun yang lebih tahu. Namun, dalam hal ini ternyata tidak ada laporan yang konkrit dari kepala dusun XV, Suroso.
” Ya, saat mau pembagian BLT DD, pada tanggal 18 Mei 2020 Sekdes memberitahukan bahwa penerima BLT DD atas nama Sainah tidak ada. Hal itu sesuai dengan hasil konfirmasi dengan kepala dusun XV, Suroso. Karena itu, saya selaku kepala desa langsung mencari penggantinya. Yang penting dari dusun yang sama, sehingga muncullah nama Arsinah,” ujar Aslinda.
(2) Ironisnya, pada keesokan harinya baik Arsinah maupun Sainah, kedua-duanya datang ke kantor desa. Itulah yang membingungkan Aslinda.
Sainah pun melapor dia yang direkomendasikan kepala dusun untuk mengambil dana BLT DD itu. Seketika itu juga kepala desa memanggil Polmas dan Babinsa untuk membicarakan permasalahan tersebut.
Akhirnya diputuskan bahwa uang itu diserahkan kepada Sainah, karena dia yang direkomendasikan kepala dusun, tapi kalaulah Sainah mau berbagi itu juga bagus.
” Namun, kami sempat mengingatkan, kalau ibu mau berbagi ya silahkan, tapi kalaupun tidak mau berbagi ya tidak apa-apa. Itu terserah ibu, karena itu hak ibu. Silahkan ibu pulang. Itulah yang kami sampaikan kepada Sainah, ” terang Aslinda.
Aslinda pun meneruskan pekerjaannya memanggil nama-nama yang lain. Namun pada akhirnya diketahui bahwa Arsinah dan Sainah sudah sepakat untuk membagi dua uang tersebut.
Jadi ingat ya, tegas Aslinda, tidak ada paksaan, karena Sainah dan Arsinah sendiri yang memutuskannya, bukan kepala desa, Polmas atau Babinsa.
” Yang lebih penting lagi, uang itu utuh kami serahkan kepada Sainah sebesar Rp. 600 ribu dan Sainah sendiri yang kemudian membagikannya kepada Arsinah. Dari tangannya sendiri, bukan dari tangan kepala desa, ” tegas Aslinda lagi.
Setelah dikroscek di lapangan ternyata pembagian BLT atas nama Sainah memang Sainah sendirilah yang membagikannya kepada Arsinah.
(3) selanjutnya, 2 hari kemudian Arsinah mendapatkan bantuan dari Kemensos sebesar Rp. 600 ribu. Nah, karena pada saat pembagian BLT DD Sainah membagi Arsinah Rp. 300 ribu, maka Arsinah pun berinisiatif untuk berbagi kepada Sainah.
” Ya, mungkin karena mereka merasa sudah seperti keluarga, apalagi tinggal satu dusun dan bertetangga,” ujar Aslinda.
Karena itu Aslinda pun mengingatkan, mungkin permasalahan itu muncul sebagai upaya untuk menjatuhkannya sebagai kepala desa, sebab kalau mau tentu banyak cara yang bisa dilakukan.
” Itu karena mereka tidak suka dengan saya. Jadi, kesalahan sedikit saja langsung disetel untuk menjatuhkan saya. Padahal, saya sungguh-sungguh mau memajukan desa ini. Namun, ya banyak sekali tantangannya, sebab banyak yang tidak suka dengan perubahan yang saya terapkan di desa ini, ” ujar Aslinda lagi sambil tersenyum.
Apa lagi, Aslinda pun menambahkan, apapun yang dia perbuat, dia ingat, hal itu pasti akan ikut membawa nama baik bhayangkari, sebab dia adalah istri dari seorang Polisi.
” Ya, jadi tak mau saya gara-gara kesalahan yang sedikit, masuk penjara. Saya kan anggota bhayangkari. Malu lah korps bhayangkari kalau saya berbuat seperti itu, ” ujarnya.
Begitulah kronologisnya dan Aslinda pum berharap agar pasca kejadian tersebut, tidak ada lagi gosip negatif yang beredar di tengah-tengah masyarakat.
Aslinda pun berharap masyarakat bisa semakin kompak agar bisa bersama-sama membangun Desa Tg. Jati.
” Ya, marilah bersama-sama kita bangun desa ini, dengan koordinasi yang baik, saling peduli dan saling membantu. Jujur saya katakan, sebenarnya masih banyak warga Desa Tg Jati yang miskin dan tidak mampu, tapi tidak mendapat bantuan, padahal ada banyak bantuan yang digulirkan Pemerintah. Itulah yang seharusnya kita pikirkan. Saya sudah banyak memberikan bantuan kepada mereka agar tidak terjadi ketimpangan di tengah-tengah masyarakat. Mudah-mudahan bantuan itu bermanfaat dan bisa meringankan beban mereka, ” ujarnya seraya mengakhiri perbincangan dengan Inimedan. Com. (BD)