
inimedan. com-Tarutung.
Mardohar Tampubolon pengamat lingkungan hidup Tapanuli, menghimbau semua pemangku kepentingan lingkungan hidup untuk ikut terlibat/ melibatkan diri menyelamatkan kawasan Dolok (gunung) Martimbang Tarutung, Tapanuli Utara.
Menurut Mardohar Tampubolon wartawan senior yang kini tinggal di Medan, kawasan Dolok Martimbang salah’satu penyangga ekosistem untuk wilayah Rura Silindung (Kecamatan Tarutung dan Siatas Barita) selain berdampak pada Kecamatan Adiankoting serta Pahae Julu.
Mardohar Tampubolon mantan jurnalis Suara Pembaruan itu, datang ke Tarutung ziarah ke makam istrinya dan orang tua. Kepada kontributor inimedan. com Taput, ia menyampaikan, saat ini telah terjadi perusakan hutan berkelanjutan di kawasan Dolok Martimbang dan sekitarnya.

“Seyogyanya kawasan Dolok Martimbang harus dilindungi. Kalau gunung ini rusak, pasti akan berdampak pada pemukiman penduduk disekitarnya selain membahayakan kondisi jalan nasional Tarutung-Sibolga begitu juga jalan antar desa “kata mantan Sekretaris KNPI dan Wakil Ketua Bhaladika Karya Tapanuli Utara itu melalui jaringan seluler.
Dia juga menambahkan, perobahan iklim yang cenderung ekstrim saat ini dengan curah hujan yang besar berpotensi menimbulkan banjir bandang dan longsor.
“Sudah saatnya kita peduli pada lingkungan hidup. Jangan sampai terlambat. Kita hentikanlah perusakan hutan di kawasan Dolok Martimbang,” sebut jurnalis yang pernah bertugas di Istana Negara pada masa Suharto itu. Dia menyatakan keprihatinan yang mendalam membaca pemberitaan media belakangan ini terkait perambahan hutan di kawasan Dolok Martimbang. Tetapi sepertinya belum ada tanda perambahan itu sudah berhenti.
Mardohar mendukung para jurnalis yang bersikap kritis terhadap bahaya yang kemungkinan terjadi suatu saat, apabila pengrusakan hutan di kawasan gunung legendaris itu masih terus dibiarkan. ” Kita selaku putra daerah harus peduli, ikut mengkritisi aktivitas perambahan serampangan di sana,” pungkas Mardohar. * leo#