inimedan.com.- Taput.
Dari 200 desa yang ikut melaksanakan pilkades Selasa (23/11), ada satu desa yang membuat warga tercengang, karena ada dua calon kades yang tidak mendapat satu suara pun, alias nol atau nihil.
Desa dimaksud adalah Rura Julu Dolok, Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumut. Lho, kenapa bisa begitu, cetus warga yang mengetahui keanehan itu. Pasalnya setelah 2 orang calon kepala desa di sana, yakni Supeno Simanungkalit dan Lambok Simanungkalit tidak meraih satu suara pun atau kosong sama sekali,setelah penghitungan suara. Hal itu bagi sebagian orang juga tak hanya dianggap aneh, tetapi justru jadi dianggap lucu.Timbul pertanyaan di kalangan warga, pada kemanakah suara 2 cakades ini, satu suara pun tidak ada?
” Saya tak habis pikir kenapa bisa begitu, karena seumuran saya jarang terjadi seorang calon kades tak mendapat satu suara pun”, kata seorang warga Sipoholon saat berbincang di sebuah kedai. Dipertanyakan pula, kalau pun warga lain tidak memilih mereka, apa isteri dan anak tak ikut memilih?
Informasi dipetik kontributor inimedan. com dari berbagai sumber menyebut, pilkades di Desa Rurajulu Dolok diikuti lima calon kepala desa (Cakades), yakni:
Lambok P Simanungkalit nomor urut 1, Pasogit Simanungkalit nomor urut 2, Supeno Simanungkalit nomor urut 3, Hermes Simanungkalit nomor urut 4, Kristopel Simanungkalit nomor urut 5.
Dengan hasil penghitungan suara, dari 120 orang di Daftar Pemilih Tetap (DPT), Lambok Simanungkalit dan Supeno Simanungkalit tidak ada yang memilih, atau kosong sama sekali. Sedangkan Pasogit Simanungkalit memperoleh 49 suara, Hermes Simanungkalit 6 suara dan Kristopel Simanungkalit 50 suara, batal 1 suara dan yang tidak hadir 14 orang pemilih.
Dengan hasil ini, Kristopel Simanungkalit yang hanya unggul 1 suara dari Pasogit Simanungkalit memenangkan pemilihan kepala desa tersebut. Desa tersebut disebut memang tergolong desa tertinggal dengan jumlah penduduk sangat kecil, itu pun lebih banyak bertempat yang tinggal di luar desa.
Kepala desa terpilih, Kristopel Simanungkalit, mengatakan, kemenangan itu adalah kemenangan semua warga Desa Rurajulu Dolok. “Walau hanya selisih satu suara, tetapi kemenangan ini adalah kemenangan semua warga Desa Rura Julu Dolok. Saya mengajak seluruh warga desa bekerjasama membangun desa ini,” ujar Kristopel Simanungkalit didampingi istrinya Hotmaria Sihombing.
Desa Rura Dolok sendiri belum lama dianggap ‘merdeka’ dari keterpencilannya, baru beberapa bulan lalu jaringan instalasi listrik terpasang ke rumah penduduk, atas prakarsa Bupati Taput Nikson Nababan dan PT PLN (Persero).
Putra daerah Rura Julu Dolok, Maju Simanungkalit yang juga jurnalis media siber mengatakan, raibnya suara kedua calon kepala desa itu mengindikasikan kalau mereka sudah mengkhianati demokrasi dan tidak menjungjung tinggi panggung demokrasi yang telah diamanatkan warga desa .
“Itu menjadi salah satu pencederaan dalam demokrasi. Bahkan saya mensinyalir kuat, suara untuk kedua cakades tersebut sengaja diarahkan kepada salah satu calon,” ia menganalisis.
Maju mengungkapkan lagi, peristiwa yang menciderai demokrasi ini sangat aneh bin ajaib. “Paling tidak, mereka punya 4 suara, karena kedua cakades juga memiliki istri atau bahkan kerabat dekat, ini malah nihil. Ini mestinya menjadi catatan penting bagi warga dan pemerintah daerah,” tandasnya.
Dilaporkan, jalannya Pilkades di desa tersebut dikawal 4 orang personel Polri dan 1 personel TNI AD.
Nihilnya suara pemilih untuk kedua calon itu,oleh beberapa warga di luar desa Rura Dolok sebagai anomali demokrasi yang langka terjadi. *leonardo tsm#