Inimedan.com-Jakarta | Rencana pemerintah untuk menaikkan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% pada tahun 2025 kembali menuai banyak tanggapan. Seakan tak sensitif dengan situasi masyakarat, penolakan atas rencana kenaikan PPN makin kencang. Maklum, sejauh ini pemerintah masih ngotot akan memberlakukan kenaikan tarif PPN baru ini mulai 1 Januari 2025.
Selain membebani pengeluaran masyarakat lantaran kenaikan PPN biasanya akan mengakibatkan kenaikan harga barang dan jasa secara langsung sehingga menyundut biaya hidup secara keseluruhan, dampak negatif dari PPN yang naik ini juga diperkirakan akan memengaruhi sektor usaha, seperti pariwisata. Bahkan, bisa memengaruhi daya tarik investasi asing lantaran pemodal asing juga bakal dibuat ketar-ketir.
Sejumlah pelaku usaha manufaktur dan ritel keberatan atas rencana kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11% menjadi 12% mulai awal Januari 2025. Kebijakan ini berpotensi membuat kinerja industri sulit tumbuh di tengah kondisi ekonomi nasional yang masih tak tentu arah.
Berita tentang penolakan kenaikan PPN 12% ini mengundang banyak sorotan dari pembaca Kontan dalam pekan ini. Bagaimana uraian lebih jelasnya tentang dampak-dampak kenaikan PPN di saat kondisi daya beli masyarakat lemah seperti saat ini?
Tak hanya menggenjot PPN, pemerintah juga siap memaksimalkan beragam sumber penerimaan negara tahun depan. Selain memacu penerimaan negara bukan pajak (PNBP), Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan akan mengoptimalkan penerimaan dari sektor yang belum tersentuh, mulai dari underground economy, aktivitas ilegal maupun shadow economy.
Sorotan pembaca lainnya juga tertuju pada rekor Bitcoin usai Donald Trump memenangkan pemilihan presiden Amerika Serikat (AS). Bitcoin kembali mencetak rekor harga tertinggi ke level US$ 93.462 pada Rabu (13/11/2024). Ini mendekatkan harga bitcoin dengan proyeksi harga tertingginya, yaitu US$ 100.000.
Aset digital itu sudah naik lebih dari 35% sejak Donald Trump menang. Bahkan, Jumat (15/11/2024), aset bitcoin US$ 1,74 miliar, masih merajai jajaran aset kripto lain. Bitcoin tercatat memiliki kapitalisasi pasar US$ 1,73 triliun per Jumat (15/11/2024) pukul 22:37 WIB. Itu setara dengan 59,4% dari total kapitalisasi pasar kripto yang tercatat US$ 2,91 triliun.
Dua berita lainnya yang menarik perhatian pembaca adalah tentang sengkarut tata kelola di balik anomali pasar susu sapi sehingga memicu peternak yang membuang susu segar hasil perahan sapinya. Dan, soal perbankan yang belum banyak mengubah bunga floating KPR meski bunga acuan Bank Indonesia (BI) sudah turun. *di/r/kon#