Mengunjungi Kebon Raya Bogor merupakan salah satu agenda menarik dari trip liburan kami ke kawasan Jawa Barat. Kesan pertama yang muncul adalah ‘ wah ‘, saat tak menyangka kebon ini begitu luasnya, nyaris tak mungkin dijelajahi dengan jalan kaki dalam tempo singkat. Untung ada moda tranportasi khusus yang bisa dicarter per jam, untuk mengitarinya. Suasana mulai pagi hingga jam tutup sore, ramai pengunjung dari berbagai penjuru. Secara kelompok mau pun pribadi. Mereka punya pilihan aktivitas, sesuai fasilitas yang tersedia maupun yang disediakan pengunjung. Main skuter matik misalnya, main sepeda, atau sekadar jalan berkeliling menikmati panorama pepohonan, atau hanya nongkrong doang di sana-sini. Banyak juga yang menggelar tikar atau cuma nyantai di tempat duduk di pinggiran danau atau kolam.
Sebagian besar memilih untuk mendekat ke komplek istana Bogor yang memang bersebelahan dengan area kebon raya. Namun komplek istana hanya bisa dipandang atau difoto dari jarak terbatas sekitar 50 meter dari pinggiran Kolam Gunting yang terletak di bagian belakang istana. Maka, seperti juga kami, banyak yang asyik mengarahkan kamera hp nya ke istana atau main selfi sebagai bukti otentik sudah pernah ke sana.
Kebon Raya Bogor adalah sebuah kebun botani besar yang terletak di Kota Bogor, Indonesia. Setelah kemerdekaan, Kebun ini dioperasikan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Kebun ini terletak di jalan Juanda pusat kota Bogor , bersebelahan dengan kompleks istana kepresidenan. Luasnya juga ‘ wah’, mencapai 87 hektar dan memiliki 15.000 jenis koleksi pohon dan tumbuhan. Letak geografis Bogor yang kerap mengundang turun hujan hampir setiap hari bahkan di musim kemarau, menjadikan kebun ini sebagai lokasi yang menguntungkan untuk budidaya tanaman tropis.
Dari sumber terpercaya, kebon raya didirikan pada tahun 1817 oleh pemerintah Hindia Belanda. Kebun Raya Bogor berkembang pesat di bawah kepemimpinan berbagai ahli botani terkenal termasuk Johannes Elias Teijsmann, Rudolph Herman Christiaan Carel Scheffer, dan Melchior Treub. Sejak didirikan, Kebun Raya berfungsi sebagai pusat penelitian utama pertanian dan hortikultura, dan merupakan kebun raya tertua di Asia Tenggara. Setiap minggunya Kebun Raya ramai dikunjungi sebagai tempat wisata healing, terutama hari Sabtu dan Minggu. Tiket masuknya Rp 30.000. Di sekitar Kebun Raya Bogor tersebar pusat-pusat keilmuan yaitu Herbarium Bogoriense.
Bagi peminat keliling memakai moda tranportasi khusus, bisa menyewa secara lepas kunci seharga Rp 300.000; tarif per jam kapasitas 6 orang. Saking banyaknya peminat, terpaksa harus sabar antrean setelah registrasi di loket.
Berbagai tanaman langka bisa ditemukan di sini. Ada teratai raksasa mengapung di kolam tersedia, begitu juga kaktus ukuran super di Taman Meksiko. Tapi dari sekian banyak pohon atau bunga di sana, bunga bangkai menjadi salah satu yang istimewa dan selalu menjadi obyek pemotretan pengunjung.
Kawasan yang kini menjadi Kebun Raya Bogor awalnya merupakan bagian dari “samida” (hutan buatan) yang kira-kira didirikan di masa Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi, 1474-1513) yang memerintah Kerajaan Sunda, sebagaimana tertulis dalam prasasti Batutulis. Hutan ini dibuat untuk melindungi bibit pohon langka.Hutan ini terbengkalai setelah kerajaan Sunda runtuh pada abad ke-16. Pada tahun 1744, Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) mendirikan sebuah taman dan wastu di lokasi Kebun Raya yang sekarang ada di Buitenzorg (sekarang dikenal sebagai Bogor).
Setelah Britania Raya menginvasi Jawa pada tahun 1811, Thomas Stamford Raffles diangkat sebagai Letnan-Gubernur pulau itu dan dia mengambil Istana Buitenzorg sebagai kediamannya. Raffles memiliki minat besar dalam botani, tertarik mengembangkan halaman Istana Bogor menjadi sebuah kebun yang cantik. Dengan bantuan para ahli botani, W. Kent, yang ikut membangun Kew Garden di London, Raffles menyulap halaman istana menjadi taman bergaya Inggris klasik. Inilah awal mula Kebun Raya Bogor dalam bentuknya sekarang yang selanjutnya ditata pemerintah Indonesia tanpa menghilangkan orisinalitas awal.
Pada 1814, Olivia Raffles (istri Thomas Stamford Raffles) meninggal dunia karena sakit dan dimakamkan di Batavia. Sebagai pengabadian, monumen untuknya didirikan di Kebun Raya Bogor.
Karena letaknya berdekatan dengan istana yang dihuni presiden untuk istirahat dan aktivitas kenegaraan, tak heran kalau di berbagai sudut kebon raya banyak petugas dari TNI yang siaga penuh melakukan tugas pengawasan. Namun keberadaan para prajurit itu juga membuat pengunjung kebon raya senantiasa nyaman berwisata. ( Leonardo Tssm )