Untuk Pengolahan Air Bersih, Sumut Harus Contoh Batam

Inimedan.com-Batam.

Ironis rasanya jika membandingkan Provinsi Sumatera Utara dengan Batam dalam masalah Air Bersih. Dimana bagi Sumatera Utara permasalahan Air Bersih dari tempo doeloe hingga sekarang tidak kunjung berakhir. Padahal bila ditilik dari kesediaan sumber air yang ada, bisa dikatakan cukup melimpah.

Tidak sedikit sungai yang ada di Sumatera Utara yang bisa dijadikan sumber air untuk menghasilkan Air Bersih bagi pengelola Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), seperti di Medan ada sungai Deli, sungai Babura, sungai Belawan, sungai Percut, termasuk juga sungai Belumai, sungai Ular dan lain lagi beberapa sumber air yang ada dikawasan Berastagi, Sembahe dan nanyak lagi yang lainnya.

Bahkan ada sumber air yang cukup besar, bahkan merupakan sumber air yang tidak akan habis sepanjang zaman, yakni Danau Toba. Bahkan bila keberadaan Danau Toba itu dimanfaatkan air-nya, maka tidak harus PDAM Tirtanadi selaku pengelola Air Bersih  di daerah ini untuk mengolah air limbah menjadi air bersih.

Dengan keadaan yang ada di Sumatera Utara dibandingkan dengan keadaan alam di Batam, maka perbedaan yang ada tidak ubahnya seperti langit dengan bumi. Sumatera Utara dengan ketersediaan sumber air yang melimpah, ternyata tidak mampu mengolah dan memanfaatkan bahan yang sudah tersedia itu, sehingga problem air bersih selalu terjadi dan tidak kunjung berakhir sampai kini.

Sebaliknya Batam, yang minim sumber air yang dapat dijadikan air bersih dan hanya mengandalkan air bersumber dari air tadah hujan, ternyata mampu lebih unggul dari Provinsi Sumatera Utara dalam pengolahan Air Bersih.

Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (BP) Batam yang sekaligus sebagai pengelola Air Bersih disana, mensiasati untuk memperoleh bahan Air Bersih dengan membuat wadah penampungan air hujan lewat waduk-waduk sebagai sarana penampung air hujan, kemudian dialirkan ke lokasi pengolahannya dan selanjutnya disalurkan ke rumah-rumah pendudukan dan pabrik yang ada disana.

Ternyata dengan hanya berbekal air hujan, kebutuhan Batam akan Air Bersih dapat terpenuhi hingga saat ini. Bagi Batam sendiri ketersediakan Air Bersih sangat dibutuhkan. Pasalnya salah satu persyaratan dari berbagai perusahaan dan pabrik-pabrik yang ada disana, adalah ketersediaan air bersih tersebut. Sampai saat ini pihak BP.Batam masih mampu untuk memenuhi hal yang dibutuhkan pabrik-pabrik tersebut, yakni ketersediaannya air bersih.

Melihat kenyataan yang ada itu, maka sudah saatnya pihak Pemprovsu terlebih-lebih pihak pengelola Air Minum yakni PDAM Tirtanadi untuk belajar banyak mengenai pengelolaan Air Bersih atau Air Minum ke pihak PB.Batam. Sudah saatnya PDAM Tirtanadi belajar dan mencari ilmu ke BP.Batam, dan tidak perlu melakukan study banding seperti ke Francis yang hanya menghabiskan uang.

Manajemen tata kelola air bersih termasuk relevansinya dengan pengelolaan air limbah hingga ke daur ulang di Pulau Batam perlu dicontoh oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara serta Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota yang ada di Sumatera Utara.

Mencontoh sistem dimaksud harus benar-benar objektif, profesional dan bebas dari berbagai kepentingan bersifat politis sehingga hasilnya diyakini Sumut mampu lebih baik dibanding Batam dalam pengelolaan air bersih dan limbah, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

Hal diatas merupakan salah satu kesimpulan hasil dari Kunjungan Komparatif Forum Wartawan Unit Pemprovsu yang difasilitasi Biro Humas dan Keprotokolan Setdaprov Sumut dalam rangka pengayaan wawasan wartawan ke Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (BP) Batam, Jumat (18/10/2019).

Dalam kunjungan yang berlangsung sejak Kamis (17/10) hingga Minggu (20/10) selain ke BP Batam juga ke Pulau Bintan mempelajari langsung kemajuan kepariwisataan setempat guna masukan kepada Pemprovsu.

Kunjungan itu dipimpin Kepala Bagian Pelayanan Media Biro Humas dan Keprotokolan Setdaprov Sumut, Harvina Zuhra, dan Ketua Forum Wartawan Pemprovsu, Khairul Muslim. Kunjungan diterima Kepala Kantor Pengelolaan Air dan Limbah BP Batam yang diwakili Kepala Bidang Pengelolaan Waduk, Hadjad Widagdo, serta Kepala Sub Direktorat Hubungan Masyarakat BP Batam, Yudi Haripurdaya.

Optimistis Sumut bisa lebih baik jika mengadaptasi prinsip-prinsip manajemen yang diterapkan pihak BP Batam, mengingat modal dasar tata kelola air Sumut sebenarnya lebih besar dan prospektik yakni ketersediaan sumber air yang melimpah dengan benerapa alternatif khususnya air sungai, air permukaan, air bawah tanah dan mata air yang baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

Namun dengan keunggulan komparatif sistem manajemen yang baik dan profesional saat ini Batam dikenal secara nasional maupun internasional memiliki tata kelola air bersih maupun limbah berkualitas. Padahal, Batam tidak memiliki sumber mata air bersih, tidak ada sungai, namun pulau yang berada di antara samudera Hindia dan samudera pasifik tersebut berhasil mengelola air dengan waduk buatannya.

Dikatakan Hadjad bahwa Batam memang tidak ada yang memasok sumber air. Batam hanya mengharap hujan sebagai sumber air. Untungnya curah hujan di Batam juga tinggi, yakni sekitar 2.400 mm per tahun.

Namun setelah adanya perubahan cuaca, elnino dan lainnya curah hujan di Batam mulai berkurang. Waduk di Batam tidak mendapatkan air hujan rutin, sehingga BP Batam melakukan teknologi agar pasokan air di waduk terus tersedia termasuk rekayasa hujan buatan.

“Jadi waduk kita di sini juga waduk buatan. Tidak ada kita danau alami seperti yang ada di Sumut misalnya Danau Toba. Waduk buatan terbesar yang kita miliki adalah Waduk Duriangkang. Dulunya ini air asin. Hanya saja sekarang sudah ditetapkan sebagai sumber air baku terbesar, karena ini memang waduk yang paling besar di Pulau Batam,” ucapnya.

Selain Waduk Duriangkang dengan volume 78.180.000 m3, penyediaan air bersih di Pulau Batam juga berasal dari Waduk Sei Nongsa dengan volume 720.000 m3, Waduk Sei Boloi 270.000 m3, Waduk Sei Ladi 9.490.000 m3, Waduk Sei Harapan dengan volume 3.600.000 m3 dan Waduk Muka Kuning dengan volume 12.270.000 m3.

Selain waduk-waduk ini BP Batam juga sedang merencanakan pembangunan waduk tambahan yakni Waduk Rempang yang nantinya dengan volume 5.166.400 m3, Waduk Sei Gong dan satu lagi Waduk Tembesi yang sampai saat ini juga belum beroperasi. Total kapasitas produksi air bersih mencapai 3.535 liter/detik, sementara operasional 3.199 liter/detik

“Ke depan juga kita sedang menjajaki pengelolaan air bersih dari air laut, storm water dan sea weard system. Ada beberapa negara sedang menawarkan investasinya salah satunya Korea. Hanya saja kajiannya masih kita pelajari,” kata Hadjad.

Dalam pengelolaan air bersih, BP Batam menyerahkannya kepada PT Adhya Tirta Batam (ATB). PT ini juga dinilai berhasil dalam mengelola air minum di Batam. Terbukti hingga saat ini sudah 95% yang mendapatkan manfaat air minum tersebut.

Pelanggannya selain masyarakat rumah tangga, juga pelanggan industri dan perkapalan. “Dan terbukti air yang tidak terpakai (air yang terbuang sia-sia karena kebocoran) di Pulau Batam sekitar 15-18 persen,” sebutnya.

Terpenting, katanya, dalam pengelolaan air ini, BP Batam mengedepankan pelayanan bukan pendapatan. Mengingat ketersediaan air ini merupakan visi Pulau Batam. Investor yang ingin berinvestasi ke Batam juga melihat hal ini. “Karena ini sudah visi kita, masterplannya harus dibuat bagus. Uji kelayakannya benar-benar. Jangan sampai kita sudah membuat, diulang lagi,” katanya.

Sementara itu, Kepala Bagian Pelayanan Media Biro Humas dan Keprotokolan Setdaprov Sumut, Harvina Zuhra, menyebutkan bahwa kunjungan ke Pulau Batam ini sudah 5 kali dilakukan Pemprov Sumut.

Khairul Muslim selaku Ketua Forum Wartawan Pemprov Sumut,, mengatakan bahwa ada 80 an wartawan yang terverifikasi untuk meliput di Pemprovsu. “Dari 80 itu terjaring lagi 31 wartawan yang saat ini mengikuti kegiatan pengayaan wawasan wartawan tersebut,” ucapnya. (di)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *