inimedan. com_ Tarutung.
Harga pupuk saat ini melonjak tajam, membuat para petani berkeluh- kesah. Kenaikan berbagai jenis pupuk termasuk pestisida anti hama, dianggap kaum tani sudah “gila-gilaan”, selain pupuk bersubsidi yang juga sulit diperoleh. Masalah pupuk saat ini menjadi problema berat bagi kaum tani, di saat petani makin bersemangat menggeluti usaha tani. Sementara harga produk tani cenderung melemah atau sering stagnan.
Namun meskipun harga pupuk terasa berat, tidak ada kamus menyerah bagi petani. Sebagian petani seperti di Tarutung, Sipoholon, dan Kecamatan Siatas Barita, Taput, tidak menghentikan usaha pertaniannya karena menyadari sumber penghidupannya berbasis pada pertanian.
Sebagian petani palawija masih ngotot melanjutkan penanaman cabai, meski hasil produk tahun lalu tidak menggembirakan. Di saat produk cabai merah berkurang, harganya membaik beberapa bulan terakhir. Biasanya momentum kenaikan harga palawija membaik menjelang perayaan hari-hari besar seperti Natal/ Tahun Baru atau Idul Fitri.
Lalu, kenapa banyak petani sekarang makin berminat bertanam jagung. Mia Hutabarat seorang ibu di Tarutung menyebut, bertanam jagung lebih praktis daripada cabai merah. “Bertanam jagung repotnya bukan main selain ongkos produksi yang banyak sementara harga cabai sering anjlok. Sedangkan bertanam jagung hanya mengolah lahan lalu tabur bibit, dan pada saatnya pemupukan cukup dua kali sampai memetik hasil, ” ujarnya pada kontributor media.
Ibu yang biasanya bertanam cabai itu mengatakan, harga jagung saat ini cukup bagus Rp 4.900- 5000 per kilo kondisi kering sudah dipipil.
Ia mengaku baru memetik jagung mencapai hampir 2 ton, dan cukup beruntung. ” Kami masih lanjut bertanam jagung lagi dua musim tanam lagi tahun ini, ” ucapnya optimis. *le#
