Indosat dan FJPI Sumut Bekali Pelajar SMA 6 Binjai Literasi Digital

Inimedan.com-Binjai   |   Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) bekerja sama dengan Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) Sumatera Utara menggelar Workshop Literasi Digital bertajuk “GenSi Berkarya Tanpa Drama dan Trauma” di SMA Negeri 6 Binjai, Kamis (9/10/2025).

Kegiatan ini merupakan bagian dari program edukatif Generasi Terkoneksi (GenSi), yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran pelajar akan pentingnya menggunakan internet secara cerdas, aman, dan produktif.

Sekitar 80 pelajar perempuan, termasuk anggota OSIS, tampak antusias mengikuti sesi demi sesi yang disampaikan oleh tiga narasumber kompeten, yakni Praktisi Media Lia Anggia Nasution, Akademisi Nurleli, dan Founder Kampung Digital Deddy Pranata.

Dalam paparannya, Akademisi Nurleli menekankan pentingnya pemahaman mengenai hak digital dan kebebasan berpendapat, khususnya bagi generasi muda yang aktif di media sosial. Ia menjelaskan bahwa hak digital mencakup privasi data pribadi, akses terhadap informasi, kebebasan berekspresi, serta keamanan digital.

“Namun, kebebasan ini tetap memiliki batasan yang harus dipahami. Menyampaikan opini di media sosial harus tetap memperhatikan etika dan tidak menyinggung atau menyudutkan pihak lain,” ujarnya.

Ia mencontohkan kasus pelajar yang memposting video olok-olok terhadap guru, yang meskipun tidak berujung proses hukum, tetap dinilai sebagai pelanggaran etika dan penghinaan.

Nurleli mengingatkan bahwa kebebasan berekspresi diatur dalam berbagai regulasi, seperti Pasal 28E ayat 3 UUD 1945, UU No. 9 Tahun 1998, hingga UU ITE No. 11 Tahun 2008. “Siswa harus melek hukum dalam bermedia sosial. Tidak semua yang lucu atau viral itu layak disebarkan,” tambahnya.

Sementara itu, Praktisi Media Lia Anggia Nasution mengajak pelajar untuk mengubah pola pikir tentang teknologi. “Yang pintar itu penggunanya, bukan gadget-nya,” kata wanita yang akrab disapa Anggi ini.

Anggi yang juga mengajar di salah satu sekolah tinggi ilmu komunikasi swasta di Kota Medan ini menekankan pentingnya mengecek sumber informasi sebelum membagikannya.

Anggi juga memaparkan ciri-ciri konten palsu, seperti ajakan untuk menyebarkan, penggunaan huruf kapital berlebih, kalimat hiperbolis, informasi tanpa tanggal jelas, sumber tidak kredibel, serta link berita yang tidak sesuai dengan isi.

“Literasi digital itu penting agar kita tidak mudah terprovokasi dan bisa membedakan fakta dari opini atau hoaks,” tegas wanita yang juga bekerja di Kominfo Sumut ini.

Narasumber ketiga, Deddy Pranata, mengangkat topik mengenai penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam pembuatan konten. Ia menegaskan bahwa meskipun AI dapat membantu mempercepat proses kreatif, tanggung jawab moral dan etika tetap harus dijaga.

“Menjadi konten kreator itu bukan hanya soal viral, tapi juga tentang nilai, integritas, dan dampak dari konten yang kita buat,” ujar pria yang juga Fasilitator Gapura Digital Google dan Instruktur Program Kementerian Kominfo RI Digital Entrepeneur Academy (DEA).

Workshop ini menjadi bagian dari upaya kolaboratif untuk membentuk generasi muda yang tidak hanya cakap teknologi, tetapi juga bertanggung jawab secara etis dan hukum dalam dunia digital. Melalui program GenSi, IOH dan FJPI Sumut berharap literasi digital bisa ditanamkan sejak dini, terutama di kalangan pelajar. Pungkasnya * ely#

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *