Inimedan.com-Medan. | Di bawah tempat perteduhan dikawasan Jalan Abdullah Lubis, Medan, Kecamatan Medan Baru tak jauh dari keramaian, seorang pria tua terduduk sembari bersandar dengan memegang karung goni yang dibawaknya setiap hari, Wajahnya dipenuhi kerut tanda perjuangan sangat panjang dalam hidupnya.
Seorang pria tua sederhana yang akrab disapa Kakek Hendri. Kakek hendri seolah menggambarkan dua sisi kehidupannya keras namun tetap berdiri teguh.
Kakek Hendri yang lahir pada tahun 1964, kini berusia 61 tahun, ia tinggal di jalan pesantren rajawali. Kakek Hendri menjalani hidupnya dengan cara yang mungkin tak banyak dipilih orang, menjadi pengumpul barang rongsokan. Ia tinggal sendirian, tak pernah menikah, bukan karena tak punya kesempatan, tapi karena ia tak ingin orang yang ia cintai hidup dalam kekurangan.
Pilihan hidup ini datang dari rasa tanggung jawab yang dalam, meski berujung pada kesepian. Sejak remaja kakek Hendri sudah menggeluti pekerjaan ini, biasanya kakek mengumpulkan rongsokan seperti botol bekas, paralon, kabel yang tidak terpakai, ataupun besi yang sudah tidak dipakai.
“Asal kita selalu berusaha dan tidak mengeluh, semua akan terasa cukup,” ucapnya pelan, namun penuh keyakinan. Kalimat itu ia sampaikan ketika ditanya apakah penghasilannya mencukupi untuk hidup sehari-hari.
“Penghasilan kakek dari hasil mengumpulkan rongsokan sangat tidak menentu”. “Kadang hanya memperoleh Rp10.000 dalam sehari, kadang bahkan tak ada sama sekali”. Jika keberuntungan sedang menjauh, “kakek hanya bisa berharap pada kebaikan hati orang-orang yang tergerak memberi makanan atau minuman sebagai bentuk sedekah”. Namun, meski dalam kondisi kekurangan, kakek tidak pernah mengeluh.
Syukur adalah kata yang paling melekat pada diri Kakek Hendrico. Dalam segala kekurangan, ia tetap bisa tersenyum dan tertawa bersama teman-temannya. Foto yang diambil memperlihatkan wajahnya yang ceria, dengan dua jempol mengarah ke atas seolah memberi pesan positif kepada dunia: hidup bisa tetap indah meski tak punya apa-apa.
Tidak mudah menjadi seperti Kakek Hendri. Di tengah dunia yang serba materialistis, ia hadir sebagai pengingat bahwa kebahagiaan tidak selalu datang dari banyaknya harta, melainkan dari
besarnya rasa syukur. Ia adalah bukti nyata bahwa rasa cukup bukan berasal dari jumlah penghasilan, tetapi dari kedalaman hati yang menerima takdir dengan lapang dada.
“Tidak pernah ada cara yang ampuh dalam kehidupan sosial untuk mengatasi kemiskinan. Sebesar apa pun pendapatan, ketika tidak diselingi rasa syukur, maka semua itu akan terasa kurang.”
A. Profile Mahasiswa
Nama : Alifah Rose Wiana
Nim : 0603221034
Jurusan : Ilmu Komunikasi/Peminatan Jurnalistik
Semester : 6
Fakultas : Ilmu Sosial
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA. Ali *ARW#