Inimedan.com-Jakarta | Karena dinilai sikapnya masih loyal terhadap Presiden ke-7 RI, Joko Widodo. Posisi Bahlil Lahadalia dinilai terancam akan dilengserkan dari kursi Ketua Umum Partai Golkar.
Seperti yang dituliskan Media Repelita, pengamat politik Citra Institute, Efriza, menyatakan wacana pemakzulan Bahlil semakin menguat sejak kembali mencuatnya isu musyawarah nasional luar biasa atau Munaslub di tubuh Golkar.
Menurutnya, mengemukanya isu tersebut menandakan dukungan terhadap kepemimpinan Bahlil tidak solid, bahkan kemungkinan besar memang tidak pernah bulat sejak awal ia memimpin partai tersebut.
Efriza menjelaskan, para senior partai, kader, hingga pengurus di daerah menilai Bahlil tidak sepenuhnya selaras dengan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Ia menilai langkah politik yang dilakukan Bahlil terkesan terburu-buru dan dipaksakan sehingga memicu penolakan dari berbagai faksi internal.
Penolakan itu, kata Efriza, muncul karena gaya kepemimpinan Bahlil dianggap tidak memberikan kepuasan kepada banyak pihak di Golkar.
Selain itu, Efriza menegaskan posisi Bahlil sebagai Ketua Umum Golkar tidak lahir dari dorongan internal partai, melainkan akibat pengaruh kekuatan eksternal.
Ia menyebut, figur Bahlil datang sebagai sosok yang dipromosikan dari luar, khususnya dari lingkar kekuasaan Jokowi.
Kondisi tersebut membuat posisinya rawan diguncang resistensi, yang kini mulai terlihat jelas ke permukaan.
Efriza menilai situasi Golkar di bawah Bahlil sedang tidak kondusif.
Bila gaya kepemimpinan Bahlil tidak berubah, ia memprediksi wacana Munaslub akan benar-benar diwujudkan oleh internal partai.
Menurutnya, transisi kekuasaan dari Jokowi ke Prabowo seharusnya diikuti dengan penyesuaian cepat oleh Golkar.
Namun, Bahlil dinilai masih nyaman memosisikan diri sebagai perpanjangan tangan Jokowi.
Efriza menambahkan, dorongan untuk mengganti Bahlil dapat dibaca sebagai upaya Golkar menjaga jarak dari pengaruh Jokowi dan mendekat pada orbit kekuasaan Prabowo.*di/Rep#