
Tentu saja, urai Prof M Yudhi Haryono, paham ini beragama pasar bebas dan perdagangan bebas dengan merobohkan hambatan untuk perdagangan internasional dan investasi agar semua negara bisa mendapatkan keuntungan melalui peningkatan efisiensi perdagangan dan mengalirnya investasi antar negara.
“Di Indonesia, madzab ini disebut sebagai geng atau mafia Berkeley. Mereka merancang secara sistematis kontrol ekonomi-politik Indonesia, yang sampai sekarang masih terjadi”tukas Prof M Yudhi Haryono,Ph.D
Ia juga menjelaskan bahwa meskipun reformasi sudah berusia 23tahun, realitasnya sistem ekonomi Neoliberalisme tersebut masih tetap berlangsung dalam Kebijakan ekonomi Nasional yang diambil berisi lima strategi utama, yakni:
- Kebijakan anggaran yang ketat
- Penghapusan subsidi
- Liberalisasi keuangan, industri dan perdangangan
- privatisasi SDA dan SDM
- Pemiskinan, kesenjangan dan utang tak berkesudahan. Kebijakan yang mereka jalankan tersebut merupakan hasil rumusan dari IMF, Bank Dunia dan USAID dengan pola WTO yang solid
Para pemuja Neolib beserta antek nya melakukan konsolidasi secara massif dengan melibatkan banyak pihak: Bapenas, Kemenkeu, BI dan UI. Terus dan terus sampai kini dan mendatang.
“Apakah kita makin tak paham? Atau kita memilih diam dan kalah serta dijajah, konsolidasi adalah kunci. Seperti jejak para begundal neoliberal yang terus baris dalam pasukan solid, maka saat nya membentuk kesadaran kolektif melawan Neolib, untuk itu diperlukan konsolidasi yang massif agar tersadarkan dari bius Neolib Memiskinkan Indonesia Negeri Kaya Raya ini”pungkas Prof M Yudhi Haryono. *tri#