
Inimedan. com_Taput
Bertani cabai merah bagaikan bermain judi. Faktor nasib ( keberuntungan) petani sulit diprediksi. Saat harga sedang menukik, petani mengeluh. Tapi tiba saatnya harga tiba-tiba melonjak, petani pun menghela nafas lega, bersukacita.
Hal itulah yang kini mewarnai situasi pertanian hortikultura di Tapanuli Utara. Akibat harga pupuk yang meroket belakangan ini, banyak petani tak lagi mengusahai tanaman komoditi pedas itu. Sebagian besar beralih bertanam jagung yang harganya lumayan berkisar Rp 4.600 – Rp 5000 per kilo ( jagung kering ).
Biasanya pada bulan pascapanen padi, banyak petani memanfaatkan lahan bertanam cabai pada bulan Juni- Juli, mengadu nasib siapa tahu harga membaik. Dan kini terbukti, petani yang mati-matian ” berjudi dengan nasib” bertanam cabai merah, saat ini boleh bersukacita karena harga cabai merah sebulan terakhir bertahan di kisaran Rp 60.000 – 70.000 per kilo ( harga untuk toke penampung). Harga itu diperkirakan masih bisa bertahan sebulan lagi ke depan.
G. Simanjuntak, Rinto Silitonga, Siregar, beberapa warga petani cabai di Hutabarat Tarutung, mengaku lega dengan kenaikan harga belakangan ini. Sehingga meski harga pupuk cukup mencekik saat ini, sudah seimbang dengan harga cabai merah yang makin pedas.
” Rasanya lega dan senang, walau harga pupuk mahal kerja keras kami hingga panen cabai rasanya berimbang, ” ujar para petani itu ketika disambangi kontributor media ini, Jumat ( 8/7). Salah seorang petani itu Pak Gio Simanjuntak saat ini hampir setiap hari memetik cabainya dibantu 6 sampai 8 orang pekerja.
Setiap hari hasil panen berkisar 150 sampai 200 kilo disetor ke toke penampung. Sejak mulai panen, hasil panennya sudah kurang lebih 3 ton. Sementara panen cabainya diperkirakan bisa sampai bulan September- Oktober tahun ini.

Warga sekitar tercengang melihat kesibukan petani yang sedang panen cabai merah. Ada yang menyesal karena tidak ikut bertanam cabai saat ini, hanya karena ragu harganya menukik seperti tahun lalu yang anjlok sampai Rp 8.000 an per kilo. ” Saya paling sial, kenapa tak berani bertanam cabai karena harga pupuk yang terus naik, ” ujar seorang petani.
Info terkini dipetik media ini menyebut, harga jual cabai merah ke toke penampung hari Jumat ( 8/7) naik lagi menjadi Rp 80.000 per kilo. Banyak toke berlomba memasuki desa-desa berharap para petani yang panen cabai sudi menjual untuk mereka.
Dengan kondisi harga cabai merah yang mahal saat ini, tidak mustahil ada petani yang mampu membeli mobil sekelas Avanza atau Inova.
Pokoknya, petani cabai merah saat ini sungguh sangat beruntung penuh sukacita, kata salah seorang toke. *le#