Inimedan.com – Balige,
German Education, salah satu program yang diselenggarakan oleh pemerintah Jerman dengan memberangkatkan pemuda-pemudi Indonesia untuk belajar sambil bekerja di negara Jerman melalui bimbingan dan pelatihan di Indonesia, telah dibuka di Balige, Kabupaten Toba.
Hilde Hutapea selaku inisiator menjelaskan, lowongan kerja untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja Jerman saat ini mencapai 500 ribu orang.
“Karena negara itu kekurangan tenaga kerja sekitar 500 ribu tenaga kerja, jadi tidak boleh kita ke Jerman itu asal datang untuk bekerja karena yang pertama, faktor bahasa itu harus dikuasai di Indonesia, kedua, karena mereka ingin mendidik sendiri. Mereka percaya pada sistem mereka saja makanya mereka harus sekolah”, sebutnya dijumpai di lokasi kursus German Education di Jl Raja Paindoan, Balige, baru-baru ini.
Ada dua program dari Jerman yang ditawarkan, lanjutnya, yakni program Ausbildung dan AuPair. Program Ausbildung adalah program yang langsung sekolah sambil praktek kerja. Selanjutnya, program AuPair adalah program yang biasanya hanya untuk anak perempuan, usia 18 sampai 26 tahun.
“Program Ausbildung itu, mereka mendapatkan biaya hidup termasuk asuransi kesehatan dan pendidikan gratis karena sekolahnya adalah milik pemerintah Jerman. Untuk program AuPair, mereka akan tinggal bersama orang tua angkat selama 1 tahun, mereka membantu pekerjaan rumah tangga yang ringan dan juga mengasuh anak selama 1 tahun tidak boleh lebih 1 hari pun dan mereka juga akan dikursuskan oleh orang tua angkat disana. Mereka mendapatkan uang saku sebesar 280 euro per bulan”, imbuhnya.
German Education yang saat ini dibuka di Balige, sebut wanita yang memiliki latar belakang pemandu wisata dengan spesialisasi bahasa Jerman itu, kali ini lebih menawarkan program AuPair karena dinilai lebih mudah dikuasai utamanya para pemula .
“Program AuPair ini lebih banyak kita tawarkan daripada program Ausbildung. Ini sebenarnya menurut German Education adalah program yang terbaik bagi anak-anak perempuan muda karena ketika mereka tinggal satu tahun bersama orang tua angkat, mereka akan dididik mentalnya lebih kuat dan bekerja secara bertanggung jawab serta disiplin yang tinggi dan bahasa German nya juga semakin bagus karena sejak pagi sampai malam berbahasa Jerman. Program AuPair itu 1 tahun dan Ausbildung 3 tahun”, ungkapnya.
Sebelumnya, program belajar yang sama telah dilaksanakan bekerjasama dengan pemerintah Kabupaten Toba melalui pelatihan. Sejak tahun 2018 hingga 2019, sebut Hilde, 41 orang pemuda-pemudi dari Kabupaten Toba telah diberangkatkan ke Jerman. Namun akibat pandemi Covid-19, kerjasama dengan pemkab Toba tahun 2020 tidak bisa dilanjutkan. Meski demikian, para siswa yang sudah sempat mengikuti pelatihan pada tahun 2020, sebutnya, dapat melanjutkan mengikuti program AuPair untuk diberangkatkan ke Jerman.
Diakui, antusias pemuda-pemudi untuk mengikuti program tersebut masih tinggi, terbukti adanya permintaan untuk membuka kursus.
“Permintaan untuk belajar bahasa German mengawali kita untuk membuka kursus German Education di Balige, dan sebelum tempatnya kami sediakan sudah 8 orang yang mendaftar dan itu luar biasa, ini merupakan bentuk keunggulan dari pemuda-pemudi di sini yang masih antusias untuk belajar. Biaya 500 ribu per bulan, dengan pertemuan 3 kali seminggu selama dua jam dengan target untuk dapat bergabung dalam program AuPair ke Jerman. Biaya pendaftaran 100 ribu dan uang buku 200 ribu. Kursus berlangsung selama 5 bulan satndardnya”, pungkasnya.
Ditanya alasan mengikuti kursus, salah seorang peserta kursus, Nella Nainggolan (17), siswa kelas XII SMK Negeri 2 Balige, menyebutkan kesiapannya dan alasannya.
“Karena sudah menjamin kalau nanti kami kerja disana sementara kalau kami kuliah disini belum tentu ada lowongan dan tidak ada jaminan. Biasa nya itu, diawalnya memang agak susah tapi kalau ada niat dan terus belajar pasti dapat”, sebutnya penuh semangat.
Terpisah, Cinthya P Trifosa (20), salah seorang dari peserta yang diberangkatkan tahun 2019, dihubungi melalui aplikasi WhatsApp selulernya, Rabu (10/02/21) dari negara Jerman, mengapresiasi program yang sudah membawanya mencapai cita-citanya dan berharap agar program tersebut dapat terus berlanjut dan senantiasa sukses.
“Program ke Jerman yang diselenggarakan oleh Yayasan German Education bekerja sama dengan pemerintah Toba sangat membantu pemuda-pemudi Toba. Saya bersyukur dapat menginjakkan kaki di negara asing ini, tentu tak lain karena ada kesempatan yang diberikan serta dukungan keluarga. Program ke Jerman ini mewujudkan salah satu dari sekian banyak mimpi saya, untuk hidup di negara asing dan belajar mandiri. Seperti yang selalu dikatakan Frau Hilde, “ke Jerman bukan untuk cari uang, tapi untuk belajar” benar adanya. Kehidupan disini juga tidaklah semudah yang dipikirkan. Di saat kita harus bekerja dan bersekolah, dengan kemampuan bahasa yang masih harus banyak diasah. Namun saya tetap bersyukur kepada Tuhan yang selalu memberkati saya dari ujian, pembuatan visa hingga sampai saat ini saya bisa menyentuh salju yang tebal ini. Selanjutnya, kepada pemerintah Toba yang mengadakan program ini dan terkhusus kepada German Education, Frau Hilde dan staff pengajar yang lain, yang mendidik kami dengan baik. Saya berharap, program ini akan terus berjalan setiap tahunnya agar semakin banyak anak anak muda Toba yang dapat mencicipi kehidupan asing namun baik adanya”, terangnya mengakhiri. (Des)