Inimedan.com – Simalungun

Selisih paham mengenai pengakuan tanah adat dikawasan Hutan Tanaman Industri (HTI), antara Masyarakat Desa Natumingka Kecamatan Borbor Kabupaten Toba dengan PT. Toba Pulp Lestari, Tbk (TPL), menarik simpati salah satu Tokoh/aktivis Masyarakat Kabupaten Simalungun.
“Tidak perlu bentrok terhadap Perusahaan, sebaiknya Masyarakat menjalin kerja sama atau bermitra. Pemerintah dalam hal ini Dinas Kehutanan agar dapat merekomendasi Masyarakat untuk program pengembangan. Semua lahan milik Negara bukan punya Oppung kita,” tutur Nursedima Parhusip kepada sejumlah Media melalui telepon selular, Kamis (3/6/2021).
Nursedima Parhusip Warga Dusun II Nagahulambu, Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara. Usianya sudah memasuki 67 tahun, salah seorang dari puluhan Masyarakat yang korban provokasi salah satu LSM selama belasan tahun.
Nursedima menuturkan, lebih 12 tahun dirinya berteman LSM dengan program pendampingan Masyarakat menuntut tanah adat, namun selalu gagal pada setiap perjuangan. Masyarakat hanya diajak untuk melakukan aksi protes melawan Pemerintah dan Perusahaan, tapi tak pernah berhasil.
“Cukup lama saya berteman dengan KSPPM dan AMAN, biaya dan waktu terkuras mendengar/mengikuti arahan mereka, hasilnya hanya mengkelabui Masyarakat saja. Menyesal saya mengenal dan ikut program mereka, semua cuma omong kosong. Malah dirugikan karena wajib memberi sumbangan materi,” ungkap Nursediam Parhusip.
Bermodalkan pengalaman yang tidak berarti tersebut Nursedima menghimbau Masyarakat Natumingka supaya jangan terprovokasi pihak ke tiga (LSM) yang sengaja mengadu domba. Masyarakat menjadi korban, kerugian fisik maupun mental bakal menimpa.
Tuntutan pengakuan tanah adat itu sebaiknya dibicarakan melaui cara damai antara Masyarakat, Pemerintah dan Perusahaan. Lebih baik Warga, Pemerintah dan Perusahaan bekerja sama membangun perkampungan Natumingka.
“Masyarakat Natumingka jangan mau dibentrokkan KSPPM atau AMAN dengan pihak Perusahaan, saya sudah pernah menjadi korbannya, sebaiknya berdamai saja. Sebenarnya kehadiran TPL berguna membantu pembangunan, seperti membangun jalan untuk mendukung akses pertanian dan perekonomian,” harap Nursedima Parhusip.
Selain aktivis, Nursedima Parhusip juga dikenal sebagai petani yang banyak membantu membuat perubahan dikampung kelahirannya. Perinsip hidup wanita tangguh ini sangat sederhana yakni berteman dengan siapapun dan selalu memikirkan kebersamaan demi kemajuan Masyarakat.
Lahan Pertanian/Perkebunan warga Dusun II Nagahulambu sebagian berada diwilayah konsesi PT. Toba Pulp Lestari, Tbk kini menjadi program tanaman tumpang sari. Seperti Pohon Aren dan Jengkol telah dapat dipanen Masyarakat dan mendapat dukungan dari pihak perusahaan. Tanpa kecuali pembangunan jalan dikawasan Dusun Nagahulambu, sangat membantu laju perekonomian Masyarakat. (TP)