inimedan.com-Jakarta.

Peningkatan jumlah penduduk DKI Jakarta serta diiringi peningkatan kebutuhan lainnya, mengakibatkan pemanfaatan air untuk memenuhi kebutuhan masyarakat semakin meningkat, sedangkan alih fungsi lahan untuk kebutuhan penduduk pada daerah resapan mengakibatkan semakin berkurangnya resapan air hujan, sehingga, ketersediaan sumber daya air semakin menurun kuantitas dan kualitasnya.
Kondisi tersebut melatarbelakangi upaya pelaksanaan konservasi air, melalui pembangunan sumur resapan, biopori serta ruang terbuka hijau. Seharusnya, upaya tersebut sudah digalakkan secara umum di seluruh wilayah DKI Jakarta, jauh jauh hari bukan disaat musim penghujan ini, demikian dikatakan Rudy Darmawanto SH Ketua Poros Rawamangun kepada pers saat dihubungi melalui telepon selulernya, Jumat 29 Oktober 2021 di Jakarta.
“Saat ini Pemprov DKI Jakarta merencanakan untuk membangun 300 ribu sumur resapan tahun 2021 ini dengan anggaran Rp 400 miliar yang telah dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2021, direncanakan pelaksanaan nya di Tahun 2021 sampai Tahun 2022 rencana 300 ribu titik dengan anggaran Rp 400 miliar”ungkap Rudy Darmawanto SH.
Menurut Rudy Darmawanto, untuk masalah Drainase vertikal itu nanti pertama akan dibuat di lahan-lahan milik Pemprov DKI, seperti di kantor-kantor pemerintahan, puskesmas, taman, badan jalan, pinggir jalan serta separator, sedangkan Program sumur resapan yang dijalankan oleh Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta Itu bagus untuk memenuhi Kebutuhan salah Satu alternatif penanggulangan banjir DKI Jakarta, akan tetapi bila tidak dilakukan dengan kajian tehnis yang baik, maka akan dapat menganggu struktur tanah dan bangunan yang ada,
“Contoh banyak pelaksanaan Pekerjaan sumur resapan yang tidak memenuhi Kaidah, selain itu dibeberapa kegiatan Pekerjaan sumur resapan itu karena dilakukan di Aset pemda atau tanah Pemda maka dibuatlah sumur resapan sampai Jumlah yang tidak masuk akal puluhan bahkan ratusan sumur resapan”tukas Rudy Darmawanto,
Padahal, lanjut Rudy, masih banyak Sarana prasarana di masyarakat yang membutuhkannya antara lain: Masjid, Mushollah, serta fasilitas umum dan lainya, Jadi Pihak Dinas SDA DKI Jakarta jangan hanya kejar target saja tetapi harus mempertimbangkan aspek tehnis dan fokus memperhatikan daerah rawan Banjir, hal ini terbukti adanya keluhan beberapa ketua RW dan Ketua Masjid yang meminta pembuatan sumur resapan ke pihak dinas SDA malah hingga sekarang belum direalisasikan sementara di beberapa kantor kelurahan, kantor kecamatan, kantor BLK Condet malah dibuat puluhan bahkan ratusan sumur.
“Karena itu, kami mendesak agar pihak Dinas SDA untuk mematuhi aturan yang ada dan tidak serampangan kejar target apalagi sudah memasuki musim penghujan, bila ini tidak sesuai aturan kami minta untuk menghentikan pengerjaan sumur resapan ini. “Ucap Rudy Darmawanto SH
Rudy juga menjelaskan bahwa sumur Resapan adalah lubang yang dibuat agar air hujan terserap ke dalam tanah dan atau lapisan batuan pembawa air. (Per Men LH No. 12 Tahun 2009 tentang Pemanfaatan Air Hujan). Pengertian tersebut mengandung makna, bahwa salah satu upaya masyarakat untuk memanfaatkan air hujan melalui upaya membangun sumur resapan, bangunan sumur resapan adalah salah satu rekayasa teknik konservasi air berupa bangunan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali dengan kedalaman tertentu yang berfungsi sebagai tempat menampung air hujan yang jatuh di atas atap rumah atau daerah kedap air dan meresepkan ke dalam tanah.
” Adapun sumur resapan tersebut berfungsi memberikan imbuhan air secara buatan dengan cara menginjeksikan air hujan ke dalam tanah. Sasaran lokasi adalah daerah peresapan air di kawasan budidaya, permukiman, perkantoran, pertokoan, industri, sarana dan prasarana olah raga serta fasilitas umum lainnya, karena itu harus cermat dan jangan terkesan kejar tayang dalam pengerjaan proyek ini, kasihan warga Jakarta yang terkena dampak dari pekerjaan proyek yang tidak cermat”pungkas Rudy Darmawanto SH. *tri#