Kebersihan dan Lingkungan Menuju Sumut Bermartabat

Gubernur Edy Rahmayadi sudah beberapa kali turun langsung mengadakan susur sungai bersama Wakil Walikota Medan Akhyar Nasution dan berbagai pihak terkait lainnya.

Keinginan Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi dan Wakil Gubernur (Wagub) Musa Rajekshah (Ijeck) menjadikan Sumatera Utara Bermartabat, bukanlah sekedar slogan belaka. Tetapi orang nomor Satu dan Dua di Pemprov Sumut itu telah melakukan berbagai upaya dan terobosan, antara lain dengan peduli terhadap sampah serta pelestarian lingkungan. Semuanya itu dilakukan tidak hanya sebatas seremonial.

Gubernur Edy Rahmayadi sudah beberapa kali turun langsung mengadakan susur sungai bersama Wakil Walikota Medan Akhyar Nasution dan berbagai pihak terkait lainnya. Gubernur melihat langsung banyaknya sampah yang menumpuk dan tersangkut di sepanjang aliran Sungai Babura.

Kondisi ini menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir di Kota Medan dan sekitarnya. Karena itu, dalam kesempatan yang sama, Gubernur juga mengajak masyarakat dan berbagai pihak terkait, khususnya Pemerintah Kota (Pemko) Medan untuk selalu menjaga kebersihan.

Masyarakat diajak tidak lagi membuang sampah di sungai. Karena selain menyebabkan lingkungan yang tidak sehat, juga dapat menyebabkan banjir, yang mengakibatkan kerugian yang lebih besar. Selain kerugian materi, juga dapat menimbulkan korban jiwa.

Wakil Gubernur (Wagub) Sumatera Utara (Sumut) Musa Rajekshah menghadiri kegiatan Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha dalam Pemanfaatan Teknologi 3R (Reuse Reduce Recycle) Pengelolaan Persampahan Tahun 2019, di Dusun XVIII, Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deliserdang, Kamis (10/10).

“Karena sampah itu yang membuat sungai tercemar, sungai rusak, dan pada akhirnya sungai yang seharusnya menjadi simbol kesejahteraan makhluk hidup yang ada di dunia ini menjadi bencana, karena ulah manusia sendiri,” ucap Gubernur.

Gubernur pun meminta kepada pihak terkait, untuk melakukan pembersihan sampah di sepanjang aliran sungai. Sehingga sungai kembali bersih dan bebas sampah. “Kedepan ini harus dibersihkan,” ujar Edy Rahmayadi.

Selain itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumut juga menjajaki kerja sama untuk pengolahan sampah dengan berbagai perusahaan di Amerika Serikat. Ini merupakan bagian dari upaya penataan Kota Medan sebagai wajah Provinsi Sumut, setelah dideklarasikannya Medan Menuju Bebas Banjir Tahun 2020 oleh Gubernur Sumut Edy Rahmayadi.

“Kami tentu sangat menyambut baik potensi kerja sama terkait pengolahan sampah. Apalagi, kalau sampah itu nantinya diolah menjadi energi. Benefit nya menjadi ganda, satu sisi masalah sampah teratasi dan di sisi lain menghasilkan energi alternatif bagi kita,” ujar Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Sumut Sabrina saat menerima audiensi Managing Director PT PetroRaya Resources Yales Vivadinar bersama rombongan di ruang kerjanya, baru-baru ini.

Diketahui, PT PetroRaya Resources merupakan perusahaan konsultan energi yang menjembatani perusahaan pengelola energi dengan konsumen, memberikan jasa studi dan survey energi, studi infrastruktur energi, investasi energi, skema kerja sama energi, penjualan dan pembelian energi.

Namun, menurut Sabrina, masih perlu dilakukan penelusuran dan kajian lebih lanjut. Hal ini karena saat ini Pemprov juga telah menjalin kerja sama dengan investor Korea terkait pengelolaan sampah. “Jika memungkinkan, kita tertarik dengan penyediaan energi melalui solar sel atau panel surya. Mungkin bisa diuji coba penggunaannya untuk gedung kantor gubernur ini. Apalagi, rooftop kita di atas juga ada. Kalau kita mau mengkampanyekan clean energy, tentunya harus kita mulai dari kantor ini terlebih dulu,” katanya.

Wakil Gubernur (Wagub) Sumut Musa Rajekshah ketika membuka kegiatan Kemah Konservasi 2019

Selain pengolahan sampah, Pemprov Sumut juga terus mendorong agar masyarakat terlibat aktif menangani permasalahan sampah di daerah ini. Antara lain dengan memotivasi dan mengapresiasi upaya masyarakat dalam pemanfaatan limbah menjadi barang berguna, seperti yang dilakukan masyarakat Dusun XVIII Desa Percut.

Wagub Musa Rajekshah sangat terkesan dengan berbagai produk inovasi yang dihasilkan masyarakat Dusun XVIII Desa Percut. Sampah-sampah anorganik, sampah organik yang tadinya dianggap sudah tidak terpakai dapat diolah oleh kelompok penggiat lingkungan di Desa Percut menjadi barang bermanfaat dan menarik. Bahkan, bisa dijual dan menambah penghasilan masyarakat.

Ijeck berharap kreativitas seperti itu dapat tumbuh di desa-desa lain di kabupaten/kota Sumut. Pasalnya kegiatan ini selain mampu membuat bersih kawasan itu dari sampah, tetapi juga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat desa. Bayangkan, sesuatu yang tadinya diangap tidak bernilai dan tidak berguna, justru akhirnya bisa menjadi penghasilkan untuk masyarakat.

Kegiatan ini dianggap sebagai bentuk dukungan dan apresiasi Pemprov Sumut terhadap gerakan-gerakan yang diinisiasi oleh masyarakat. Hal seperti ini juga diharapkan, mampu menginspirasi masyarakat lainnya untuk berbuat hal yang sama bahkan lebih baik lagi.

Sampah memang selama ini telah menjadi permasalahan yang harus dicari solusinya, sebab jumlah sampai dari hari ke hari jumlahnya semakin meningkat, contohnya seperti di Medan. Meskipun pihak Pemko Medan sendiri sudah berupaya untuk mengatasinya, namun dirasakan masih belum cukup. Setiap harinya sampai masih selalu kita jumpai tumpukan-tumpukan sampai yang menggunung di sana-sini.

Seperti di Kabupaten Deliserdang, saat ini tercatat bahwa setiap hari dari Satu Kecamatan saja bisa menghasilkan 232 ton sampah dari rumah tangga. Karena itu, partisipasi warga masyarakat sangat dituntut untuk mengatasi dan menanggulangi masalah sampah ini. “Jadi tidak harus pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota saja yang harus memikirkannya,” katanya.

Tentang persoalan banjir, perhatian Edy-Ijeck juga sangat besar, khususnya di Kota Medan dan sekitarnya. Keduanya sangat paham, persoalan lingkungan dan banjir di Kota Medan yang notabenenya adalah Ibu Kota Provinsi Sumut sedikit banyaknya cukup mempengaruhi penurunan laju perekonomian di Sumut.

Karena itulah, berbagai upaya terus dilakukan Edy-Ijeck untuk mengatasi persoalan lingkungan dan banjir tersebut. Di awal masa kepemimpinannya, Edy turun langsung membantu warga yang terdampak banjir, melihat langsung bagaimana kondisi warganya di lokasi banjir, serta memberikan bantuan sembari menyerap aspirasi warga.

Dalam kesempatan tersebut, Edy bahkan beberapa kali mengajak para pejabat terkait seperti Wali Kota dan dinas-dinas terkait untuk ikut bersamanya ke lapangan. Edy juga meminta para ahli yang berkompeten untuk ikut bersamanya mempelajari persoalan banjir di Kota Medan dan sekitarnya.

Tak hanya di Kota Medan, dalam beberapa kali peristiwa bencana banjir di beberapa daerah Sumut, seperti di Mandailing Natal, Gubernur terjun langsung untuk mengatasi permasalahan di sana. Berkat kerja kerasnya bersama jajaran pemerintah daerah Madina, Edy berhasil memulihkan kondisi banjir sekaligus membantu korban.

Pengalaman Edy Rahmayadi dan Musa Rajekshah selama memantau kondisi banjir di Kota Medan dan daerah lainnya dalam satu tahun ini, telah memberikan referensi dan masukan yang cukup untuk menentukan langkah-langkah strategis yang dibutuhkan.

Hingga akhirnya, Agustus 2019, Edy Rahmayadi dan Musa Rajekshah mencanangkan program “Medan Menuju Bebas Banjir 2022”. Tak tanggung-tanggung, demi mewujudkan target tersebut, Edy turun langsung menelusuri sungai-sungai di Kota Medan dan sekitarnya.

Melalui penelusurannya ini, Edy kemudian menemukan berbagai fakta yang terjadi di lapangan, mulai dari masalah pemukiman kumuh di pinggiran sungai, sampah, hingga persoalan limbah. Dari sini sangat terlihat jelas, betapa seriusnya Pemprov memandang persoalan ini. Pihaknya bahkan sudah melibatkan beberapa pihak yang dinilai paham dan cakap di bidang ini, mulai dari kalangan aktivis lingkungan, hingga para profesional di bidang lingkungan.

Rencananya, Pemprov akan menyiapkan dana sebesar Rp12,4 miliar untuk mendukung program “Medan Menuju Bebas Banjir 2020” ini. Sebanyak 12 kelompok kerja (Pokja) yang berasal dari berbagai instansi nantinya akan dikerahkan untuk mewujudkan program ini. Diantaranya yaitu Pokja Sosialisasi Hukum dan Pengaduan Masyarakat, Pokja Perencanaan dan Penganggaran, Pokja Pelaksana Teknis, Pokja Pengendalian Monitoring dan Evaluasi, Pokja Keamanan dan Ketertiban. Selanjutnya Pokja Pembebasan Lahan dan Relokasi, Pokja Kebersihan Lingkungan dan Sungai, Pokja Review dan Revitalisasi Kanal Banjir Drainase Perkotaan dan Pemukiman Kota Medan dan sekitarnya, Pokja Mitigasi Banjir Medan dan sekitarnya, Pokja Humas dan Media Center, Pokja Sekretariat, dan Pokja Kelompok Tenaga Ahli.

Bahkan Pemprov Sumut baru-baru ini juga sudah menggandeng lima konsultan untuk membantu program ini agar berjalan sukses. Kelima konsultan ini nantinya diminta untuk menjalankan program pengerjaan pengendalian banjir daerah aliran sungai (DAS) Belawan, Deli, Percut, dan Padang. Proses pengerjaan program ini akan dilakukan 18 bulan, dimulai dari tanggal 12 Agustus 2019. Kelima konsultan yang dipercaya untuk mengerjakan program tersebut di antaranya yaitu PT Yodya Karya (Persero), PT Duta Cipta Mandiri, PT Indah Karya, PT Global Tirta Nusantara dan PT Pro Lestari.

Selain itu juga, Pemprov juga akan berkoordinasi dengan Kementerian PUPR untuk mendukung berjalannya program ini. Terlebih lagi, Sumut saat ini memperoleh perhatian penuh dari pemerintah pusat, khususnya dalam peningkatan infrastruktur, ekonomi dan pariwisata.

Pentingnya menjaga kelestarian lingkunga juga selalu disampaikan Wagub Musa Rajekshah. Diharapkan, upaya pelestarian lingkungan tidak hanya sebatas seremonial, tetapi dilakukan secara sungguh-sungguh dalam kehidupan sehari-hari dan berkesinambungan. Sehingga dapat memberikan dampak yang nyata bagi lingkungan dan masyarakat Sumatera Utara .

Dalam upaya pelestarian lingkungan, Ijeck berharap agar upaya pelestarian lingkungan tidak sebatas hanya seremonial saja, tapi bisa diaplikasikan ke kehidupan sehari hari. “Karena ini akan kita wariskan buat anak cucu kita,” katanya.

Ijeck mengapresiasi atas digelarnya kegiatan Kemah Konservasi 2019. Sebab acara ini bisa memberi edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya lingkungan. Pemprov Sumut sangat mendukung acara ini untuk membangkitkan kesadaran masyarakat tentang perlunya menjaga lingkungan. Tentang menjaga semua ciptaan Tuhan, berupa tumbuhan, hewan dan segala sesuatunya. Mudah mudahan kalau ini terus terjaga bisa kita jaga dan bangkitkan semangat peduli lingkungan dari mulai anak anak kita sampai dengan nanti.

Kesan yang muncul selama ini sepertinya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan dan alam masih sangat kurang. Sehingga kondisi lingkungan saat ini sudah begitu memprihatinkan. Mulai dari masalah sampah hingga sungai yang kotor karena dipenuhi sampah.

Sebagai Wakil Gubernur, Ijeck mengimbau masyarakat untuk menjaga lingkungan di mana saja dan kapan saja. Hal itu bisa diawali dengan tidak membuang sampah sembarangan tidak merusak pohon-pohon, tidak membunuh atau menangkap binatang. “Hal seperti ini jangan hanya dilakukan di tempat kita tinggal, tapi di manapun kita berada,” harapnya.

Kebersihan yang terjaga dan alam yang indah dan lestari diharapkan dapat mendorong terwujudnya Sumatera Utara yang bermartabat. Terutama dalam bidang lingkungan, karena ekologinya yang terjaga, alamnya yang bersih dan indah, penduduknya yang ramah, berbudaya, berperikemanusiaan dan beradab. Semoga . . .** (inimedan)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *